Senin, 14 Juni 2010

Jaga mulut

"Mulutmu adalah harimaumu". Demikian bunyi peribahasa yang melukiskan bagaimana pengaruh dari perkataan yang keluar dari mulut kita. Dari mulut akan keluar fitnah, adu domba, serta provokator, yang bisa berlanjut jadi adu jotos. Baru-baru ini kita menyaksikan tayangan televisi yang memperlihatkan adu mulut sesama anggota pansus angket Century. Meski akhirnya berdamai, namun konon kabarnya berlanjut ke ranah hukum.

Rasulullah SAW berpesan kepada kaum muslimin agar memelihara mulut. Tidak memperbanyak pembicaraan, kecuali yang jelas mengandung maslahat. Manakala berbicara dan diam sama dalam mendatangkan kemaslahatan, maka berdiam diri lebih baik. Sebab berbicara kadang-kadang menyeret kepada hal-hal terlarang atau kepada yang tidak disenangi. Nabi bersabda : "Seseorang mengucapkan perkataan yang tidak jelas baginya, dia akan tergelincir akibat ucapannya itu ke dalam neraka lebih jauh daripada jarak antara Timur dan Barat." (HR. Bukhari-Muslim.

Mulut sekalipun anggota badan yang paling kecil, namun bahaya yang ditimbulkan lebih besar dan dahsyat. Kejelekkannya jauh lebih cepat menjalarnya manakala tidak dikendalikan dengan dzikir dan ketaqwaan. Betapa banyak orang yang berkedudukan tinggi seperti DPR, MPR, Pejabat Pemerintah jatuh terperosok akibat ucapan/pernyataannya. Sebab pernyataannya menimbulkan fitnah dan permusuhan di antara manusia.

Apa-apa yang keluar dari mulut akan mewarnai kehidupan. Apabila yang keluar baik, maka akan membawa dampak yang baik, namun jika yang keluar tidak baik, maka akan berdampak buruk bagi kehidupan. Oleh sebab itu, keselamatan kehidupan adalah bersumber dari mulut/lisan.

Perkataan yang baik adalah ucapan yang berisi ajakan ke jalan Allah dan mengandung nasehat untuk menjadi orang yang bertakwa kepada-Nya, sabar terhadap ujian-Nya dan istiqomah dalam berjuang menegakkan syariat-Nya, serta gemar beramal shaleh.

Sedangkan perkataan yang keji dan kotor adalah perkataan yang suka mencela dan mengutuk, sebab perkataan ini akan menabur dendam, kebencian dan permusuhan.

Sayyidina Ali RA berpesan : "Sungguh aku tak menyukai kalian menjadi kaum pengumpat dan pencaci maki. Tetapi sekiranya kalian menyatakan tentang perbuatan-perbuatan mereka menurut apa adanya dan menyebutkan keadaan mereka sebenarnya, tentunya yang demikian itu lebih tepat untuk dibicarakan dan lebih lebih mengena sebagai kecaman. Sebagai ganti cercaan sebaiknya kalian berkata : "Ya Allah, hentikanlah penumpahan darah kami dan darah mereka. Perbaikilah hubungan antara kami dan mereka! Tunjukkilah mereka jalan keluar dari kesesatan mereka, sehingga kebenaran muncul dalam diri orang-orang yang tadinya tidak mengenalnya; kesesatan dan pelanggaran dihentikan oleh siapa saja yang tadinya amat gemar menjalaninya.""

Lidah itu laksana seekor binatang buas, bila dilepaskan pasti membunuh. Siapa saja yang banyak bicaranya, pasti banyak pula kesalahannya. Siapa saja banyak menggunakan pikirannya, kebenaran akan tampak nyata baginya. Oleh sebab itu hati-hatilah dalam berbicara.


Penulis : Emsya Dalimo.
Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 54 Tahun Ke-13 6 Shafar 1431 H / 22 Januari 2010 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar