Kamis, 15 Juli 2010

Keutamaan sifat sabar

Sifat sabar merupakan kunci dari segala kesuksesan dan keberhasilan. Sabar dalam menerima nikmat, serta sabar dalam menerima musibah atau cobaan. Itulah sebabnya Allah menyatakan, bahwa orang yang sabar selalu disisi-Nya. "Sesungguhnya Allah beserta orang yang sabar." Di dalam beribadahpun kita harus sabar, seperti berpuasa (shaum), shalat, serta menunaikan ibadah haji.

Sabar dan terus bersabar dengan segala sesuatu yang kita alami baik itu hal yang menyenangkan atau bahkan yang menyedihkan sekalipun. Lihat kondisi saat ini, banyak sekali kejadian yang menimpa saudara-saudara kita, baru-baru ini adalah gempa bumi di Padang, dan kebakaran di daerah Kertapati Palembang. Sedangkan ujian yang berupa kebahagian pun ada yaitu waktu kita naik jabatan, punya anak, lulus ujian sekolah atau apapun.

Berdasarkan definisi, sabar itu memiliki arti pilar kebahagiaan seorang hamba. Ibnul Qoyyim rahiahullah mengatakan, "Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan." Sedangkan macam-macam kesabaran itu sendiri terbagi menjadi tiga macam, yaitu : sabar dalam menjalankan ketaatan, sabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan dan sabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah. (Berbagai hal yang menyakitkan dari orang lain di luar kuasa manusia).

Dengan bersabar pun kita bisa meraih kemuliaan dari Allah, selain kita taat kepada Allah dan beramal saleh. Sesuai dengan surah Al Baqarah ayat 45 yang artinya : "Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat." Karena itu, sebagai hamba yang beriman, mintalah selalu pertolongan kepada Allah, insya Allah semua urusan akan menjadi mudah. Sesuai dengan firmanNya, yang artinya : "Keselamatan atas kalian adalah berkat kesabaran kalian." Siapa yang tidak mau dijamin keselematannya oleh Allah?

Justru perilaku hamba-Nya yang kerap mengundang murka Allah. Buktinya, karena tidak sabaran, banyak orang yang melakukan hal-hal yang tidak Allah ridhai. Contohnya pergi ke dukun untuk meramalkan nasib, mau minta penglaris, minta jodoh, dan lain-lain.

"Bukan jalannya orang-orang yang engkau murkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang tersesat." (QS. Al Fatihah : 6). Ayat ini mengandung penjelasan dua sisi penyimpangan jalan yang lurus. Menyimpang ke sisi yang satu akan menjerumuskan ke dalam kesesatan yaitu rusaknya ilmu dan keyakinan. Sedangkan menyimpang ke sisi yang lainnya akan menjerumuskan ke dalam kemurkaan yang timbul karena rusaknya niat dan amalan.


Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 43 Tahun Ke-13 18 Dzulqaidah 1430 H / 06 Nopember 2009 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar