Senin, 21 Juni 2010

Ensiklopedi - Fasiq

Fasiq secara bahasa berarti keluar, sedangkan menurut syara' fasiq adalah tidak taat pada Allah.

Orang fasiq mengatakan beriman dengan ungkapan kata dan mengakui dengan hati, tetapi tidak sesuai dengan perbuatan dan amalnya, menyatakan beriman namun tidak melaksanakan shalat atau melalaikannya, enggan mengeluarkan zakat atau mengeluarkannya tidak sepenuhnya. Tahu dengan perbuatan yang haram tapi mereka tetap terjerumus dalam melakukannya, tahu dengan perbuatan maksiat, tapi tetap bergelimang dengannya, yakin dengan kewajiban yang harus dilaksanakan tapi tidak memenuhinya.

Orang fasiq resikonya lebih banyak akan terjadi pada dirinya sendiri baik di dunia maupun di akherat dan di lingkungan yang ada di sekitarnya.

Fasiq itu ada dua macam, fasiq yang menjadikan seseorang kafir dan keluar dari Islam, seperti iblis atau orang yang tingkah lakunya seperti iblis, maka tempatnya adalah neraka, sebagaimana firman Allah dalam Surat As Sajadah ayat 20 "Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir) maka tempat mereka adalah neraka jahannam, setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka : "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.""

Fasiq yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam tapi bergelimang dosa, seperti orang Islam yang tidak mempedulikan kewajibannya, baik shalat, zakat, puasa atau yang lain, dan tidak merasa bersalah dan berdosa kalau berbuat dosa.

Tujuh Diantara Dosa Besar
"Dan Abi Hurairah yang diredhai Allah dan Nabi SAW dia bersabda : Jauhilah 7 yang mencelakakan (dosa besar), mereka bertanya apa dianya ya Rasulullah? Dia menjawab : Syirik dengan Allah, sihir, membunuh jiwa/orang yang diharamkan Allah kecuali dengan haknya (menurut syara'), memakan riba, makan harta anak yatim, berpaling dari medan perang, dan menuduh perempuan beriman baik dan shaleh berbuat zina." (HR. Bukhari - Muslim).


Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 11 Tahun Ke-14 10 Jumadil Awal 1431 H / 26 Maret 2010 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).
Selengkapnya...

Hal-hal yang membatalkan wudlu

Berdasarkan keterangan sejumlah hadist, ada beberapa sebab yang dapat membatalkan wudlu.
a. Keluarnya sesuatu dari dua jalan, seperti karena terkentut, buang air besar dan kencing serta junub. Allah berfirman : "....Dan jika kamu junub(bersetubuh) maka hendaklah ia bersuci....dan atau kembali dari buang air....Bersetubuh suami istri maka akan membatalkan wudluk dan begitu pula buang air kecil atau besar adalah membatalkan wudluk."

"Allah tidak akan menerima shalat seseorang dari kamu apabila ia berhadas sampai ia berwudluk. Maka bertanyalah seorang laki-laki dari Hadramaut: apakah artinya hadas wahai Abu Huraiurah? Kentut atau berak." (HR. Bukhari dan Muslim).

b. Terkena najis, seperti terkena kotoran manusia, hewan, dijilat anjing.

c. Menyentuh kemaluan, baik kemaluan sendiri maupun kemaluan orang lain.
"Bahwasanya Nabi bersabda, siapa yang menyentuh kemaluan janganlah ia mengerjakan shalat sebelum berwudluk." (HR. Turmuzi).

d. Tertidur atau mabuk
"Rasulullah bersabda, kedua mata itu bagaikan tali dubur. Barang siapa yang tidur/tertidur maka hendaklah ia berwudluk." (HR. Abu Daud).


Penulis : Prof. Dr. H. Romli SA, MAg.
Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 11 Tahun Ke-14 10 Jumadil Awal 1431 H / 26 Maret 2010 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).
Selengkapnya...

Konsep islam menghindari stress

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka jadi tenteram dengan mengingat Allah SWT. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah SWT hati menjadi tentram." (QS. Ar Ra'd).

Hidup yang tentram, damai dan sejahtera serta mendapat berkah dari Allah SWT adalah dambaan setiap muslim. Hanya saja untuk meraih hidup yang tenang dan penuh berkah itu tidak semudah kita membalikkan telapak tangan. Beragam problema hidup membuat orang jadi resah dan gelisah. Resah dan gelisah itu, menjadikan hati seseorang tidak tenang, yang kadang-kadang menjelma jadi putus asa dan stres, depresi atau mengalami goncangan jiwa.

1. Menurut ajaran Islam, guna mewujudkan ketenangan dan ketentraman jiwa (sakinah), ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
Mulailah keseharian kita dengan mengingat dan menyebut nama Allah SWT. Begitu bangun tidur kita ucapkan alhamdulillah. Berkat nikmat dan rahmat-Nya, kita dibangunkan-Nya tidur. Bagi yang sempat shalat tahajud, laksanakan shalat tahajud. Lalu shalat subuh tepat waktu. Berangkat kerja niatkanlah karena Allah, sehingga apapun tugas kita akan bernilai ibadah di sisi-Nya.

2. Kapanpun dan dimanapun kita bertugas selalu ingat dengan kewajiban kita sebagai seorang muslim yakni shalat lima waktu. Tidak ada alasan apapun bagi seorang muslim untuk tidak menunaikan shalat karena shalat adalah tiang agama. Tidak bisa berdiri, boleh shalat dengan duduk. Tak mampu duduk boleh dengan berbaring. Jika tak kuasa lagi menggerakkan tubuh kita, maka boleh shalat dengan isyarat. Begitu pentingnya mendirikan shalat.

3. Ingatlah selalu dengan Allah SWT (zikrullah), dimanapun kita berada. Ingatlah bahwa yang menentukan hidup-mati kita adalah Dia. Jika kita gagal menggapai cita-cita seperti menjadi legislator. Ingatlah seuanya itu adalah ketentuan Allah SWT.

4. Selalulah bersikap optimis dan tidak mudah putus asa karena Islam melarang umatnya berputus asa. Setiap muslim harus menyakini benar bahwa setiap makhluk yang ada di muka bumi ini di tanggung oleh Allah SWT rezekinya.

Apabila keempat hal ini mampu kita aplikasikan dalam keseharian kita, maka insya Allah hidup kita akan tenang dan terhindar dari depresi atau stres, gangguan jiwa.

Agar bisa melaksanakan konsep-konsep Islam tersebut kita harus mampu menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dengan kebutuhan rohani. Dalam memenuhi kebutuhan jasmani, Allah SWT mengingatkan kita jangan melupakan kebahagiaan di dunia. Kita boleh bekerja keras agar mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga kita. Bahkan kalau bisa ada kelebihan sehingga kita mampu pula untuk berzakat atau bersedekah kepada saudara-saudara kita yang tidak mampu.

Namum kita jangan pula melupakan akherat. Kebutuhan rohani harus pula dicukupi dengan selalu taat menjalankan perintah Allah SWT. Orang-orang yang mengalami goncangan jiwa, depresi atau stres karena rohaninya kosong. Rohaninya tidak di isi dengan kegiatan yang bernuansa mental spiritual.

Mengisi rohani dengan kegiatan spiritual tidak hanya dengan beribadah kepada Allah SWT, tetapi juga lewat kegiatan amal shaleh lainnya. Jika kita diberi Allah SWT, kelebihan rezeki maka kita sisihkan sebagian untuk berinfaq fisabilillah, seperti membantu fakir miskin, membantu pembangunan rumah peribadatan, madrasah dan lain sebagainya. Dengan menerapkan pola hidup seimbang itu, Insya Allah hidup kita diberkahi oleh-Nya, yakni hidup tentram (sakinah), hati yang tenang dan penuh optimis serta terhindar dari depresi, stress dan keputusasaan.


Penulis : Emsya Dalimo.
Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 11 Tahun Ke-14 10 Jumadil Awal 1431 H / 26 Maret 2010 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).
Selengkapnya...

Ensiklopedi - Tilawah

Tilawah artinya mengiringi, apabila digunakan untuk kitab suci atau Al Quran berarti membaca.

Menurut istilah tilawah artinya mendekatkan diri kepada Allah dengan membaca ayat-ayat Al Quran sesuai dengan ketentuannya.

Penggunaan tilawah dalam ayat Al Quran diantaranya "Dan bahwa kamu bacakan Al Quran, maka barang siapa mendapat petunjuk maka sesungguhnya maka dia mendapat petunjuk untuk dirinya, dan barang siapa sesat maka katakanlah : "sesungguhnya aku ini tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan"." (Quran Surat An Naml : 92).

Membaca Al Quran merupakan kewajiban setiap muslim, dan membacanya merupakan ibadah, bahkan Allah menjanjikan bagi orang yang membaca Al Quran setiap huruf akan dinilai dan diberi pahala sepuluh, tujuan lain dari membaca Al Quran adalah untuk mengambil pelajaran dan pedoman hidup yang dilaluinya di dunia ini sebagai persiapan untuk menuju akhirat nantinya, maka membaca Al Quran harus dengan pedoman berdasarkan tajwid dan adab tilawah yang dijelaskan Rasulullah SAW.

Keutamaan Membaca Al Quran
"Orang yang membaca Al Quran dan dia mahir membacanya maka dia bersama Malaikat yang mulia, dan orang yang membacanya terbata-bata dan sulit baginya maka untuknya dua pahala."

Keterangan : Berdasarkan hadist shahih riwayat Bukhari Muslim yang diterima dari Aisyah Ummul Mukminin yang diridhai Allah, bahwa Rasulullah menjelaskan keutamaan membaca Al Quran dan kedudukan orang yang membacanya, bagi yang mahir dan membaca sesuai tajwid serta aturan dan Adab membacanya, maka orang itu bersama Malaikat yang mulia dan orang yang belum mahir, masih terbata-bata lidahnya dia tetap mendapat dua pahala dari Allah.


Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 30 Tahun Ke-13 16 Sya'ban 1430 H / 7 Agustus 2009 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).
Selengkapnya...

Pembinaan aspek pendidikan bagi keluarga

Aspek pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang terciptanya keluarga sakinah. Aspek penunjang keluarga sakinah tersebut, yaitu :
1. Aspek Agama.
2. Aspek Pendidikan.
3. Aspek Ekonomi.
4. Aspek Sosial.
5. Aspek Kesehatan.

Dalam bidang pendidikan dikenal dengan istilah catur pusat lingkungan pendidikan, yaitu :
1. Keluarga
2. Masyarakat
3. Tempat Ibadah
4. Sekolah

Sekolah merupakan jalur pendidikan formal, sementara yang lainnya ialah jalur informal. Sekolah memberikan materi-materi pendidikan umum dan agama secara sistematis dan terprogram, sedangkan pendidikan informal mengadakan pendalaman materi, mengisi kekosongan yang belum diberikan di sekolah, mempraktekkan pelajaran umum dan agama yang didapatkan di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.

Metode Pendidikan
Dasar pendidikan agama telah ditentukan dalam Al-Qur'an Surat An Nahl : 125 "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik."

Adapun sasaran pendidikan agama adalah manusia sebagai makhluk sosial:
1. Metode Pemberian Teladan
Cara kita memberikan pendidikan agama dalam keluarga antara lain pemberian teladan, pencegahan, perbaikan dan pemeliharaan. Cara pemberian teladan terhadap anak-anak ialah dengan memberikan contoh yang baik, dengan meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah SAW.
Surat Al-Ahzab : 21 "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."

Bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik merupakan uswatun hasanah bagi seluruh pengikutnya.

2. Metode Pencegahan
Pimpinan keluarga harus selalu berusaha mencegah timbulnya unsur-unsur negatif, baik dari dalam maupun dari luar keluarga. Dan dalam keluarga umpamanya karena ketidaktahuan, rasa enggan dan malas, kemiskinan, kebodohan dan lain sebagainya. Unsur dari luar antara lain pengaruh kebudayaan modern yang keliru dan menyesatkan pengaruh agama atau kebudayaan Barat dilingkungan muda-mudi dan lain sebagainya.

3. Metode Perbaikan
Pimpinan keluarga harus selalu berusaha untuk memperbaiki keadaan yang telah merusak tujuan keluarga sakinah. Apabila pimpinan keluarga kurang mampu mengatasi persoalan keluarga, dia harus minta bantuan pihak lain yang berwenang.

4. Metode Pemeliharaan
Seandainya suatu keluarga telah mencapai posisi keluarga sakinah, maka pimpinan keluarga harus senantiasa memelihara keutuhan, kelanggengannya, bahkan meningkatkannya. Orang tua harus bijaksana mengarahkan ke pendidikan formal. Pimpinan keluarga dianggap tidak bijaksana kalau memaksakan kehendak terhadap anak, orang tua hendaklah menyalurkan bakat anak. Anak-anak SLTP adalah saat-saat "rawan", harus terjalin komunikasi yang baik dengan mereka, orang tua harus peka mengamati perubahan sikap dan perilaku anak meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Orang tua harus mendengarkan pendapat anak dengan berkomunikasi secara terbuka.
b. Orang tua harus tahu tentang cara-cara berbicara dengan anak supaya perkataannya didengarkan.
c. Orang tua sanggup mencegah konflik yang terjadi dalam keluarga dengan cara memberikan contoh yang baik.
d. Menyederhanakan lingkungan antara lain dengan cara : Membiasakan anak sejak dini mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah, dan hal-hal yang ringan seperti menyapu, mengepel, menyusun pakaian, mencuci piring, dll. Menyediakan kamar khusus untuk anak-anak yang menginjak remaja, menyiapkan jam weeker, menyediakan lemari pakaian sendiri, memberi uang saku secara bulanan, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keluarga.


Penulis : Hj. Rotasmi.
Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 30 Tahun Ke-13 16 Sya'ban 1430 H / 7 Agustus 2009 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).
Selengkapnya...

Sikap menerima informasi

"Hai orang-orang yang beriman! Jika datang kepadamu seorang fasik yang membawa informasi atau berita, carilah penjelasan (cek), teliti dahulu tentang hal ihwal kebenarannya. Supaya jangan merugikan orang lain yang dapat menimbulkan malapetaka karena mereka tidak tahu. Sehingga menyebabkan kamu penuh dengan penyesalan atas perbuatanmu." (QS. Al Hujuraat : 6).

Dunia mutakhir ICT (Information Communication Teknologi) saat ini sudah merupakan suatu kebutuhan yang keempat yang tidak dapat terelakkan oleh manusia sepanjang hidupnya, setelah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sebab dengan ICT dalam waktu sekian perdetik dunia ini menjadi sempit, pemakaman Raja Pop Michael Jackson yang spektakuler dapat di akses dan disaksikan oleh miliaran pandangan mata manusia di dunia. Baik melalui layar televisi, internet dan teknologi komunikasi lainnya. Artinya kecanggihan teknologi tersebut tidak bisa dihalangi oleh kepintaran manusia, informasi akan mengalir dan merembes kemana saja layaknya seperti air yang menerobos, mencari sela-sela, menetes dan mengalir saat ia dihalangi oleh benda apapun juga. Bahkan air yang terhadang tadi akan membesar menjadi air bah yang dapat menenggelamkan dan menghanyutkan, menjadi porak-poranda semua benda yang ada disekelilingnya. Bahkan nyawa pun bisa melayang.

Inilah sebuah perumpamaan dan informasi yang diterima manusia, jika tidak disiasati akan membawa malapetaka. Petaka tersebut sebenarnya sangat sederhana sekali, karena saat kita menerima informasi kita langsung percaya dan menyiarkannya pada orang lain. Dan sama-sama untuk mempercayai informasi tersebut menjadi prilaku yang diingini. Menolak atau menerima sama sekali. Nah dalam penolakan dan penerimaan itu, petaka yang terjadi bisa menimbulkan kerugian dibidang ekonomi, bidang pemerintahan ketidakpercayaan pada pemerintah atau bidang prilaku yang menimbulkan tindak kriminal.

Kita belum lepas dari kasus Vaksin Meningitis (yang menggunakan enzim babi) sebagai suatu persyaratan kesehatan bagi jemaah haji yang ingin berangkat ke tanah suci, menjadi kontradiktif informasi tahun ini. Bagaimana apesnya seseorang dipukuli massa karena dianggap menyebarkan aliran sesat, seorang kekasih begitu mudah serta merta memutuskan hubungan dengan calon suaminya. Karena informasi sang calon berasal dari suatu suku, hubungan terputus sesama tetangga lain karena informasi anaknya bekerja pada suatu lembaga tertentu. Berapa banyak orang yang menjadi mangsa ratusan juta uangnya terkuras, karena percaya dengan informasi melalui internet. Puluhan bahkan ratusan calon tenaga kerja menjadi korban terluntang lantung tidak juga bekerja setelah menyerahkan uang jutaan. Wanita remaja desa menjadi pemuas lelaki hidung belang, yang sebelumnya percaya akan informasi untuk bekerja dengan mendapat imbalan yang menggiurkan di kota.

Berhati-hati
Oleh karena itu sebagai seorang Muslim hendaknya dalam memenuhi semua kebutuhan hidup untuk tidak langsung mempercayai sebuah informasi, informasi yang diterima sebelum bertindak mempedomani ayat tersebut diatas. Pada proses seleksi, mendalami terlebih dahulu asal usul dan informasi tersebut, mengetahui seluk beluknya. Dari keyakinan dan kebenaran dari informasi yang disiarkan tersebut. Sehingga kita tidak terjebak (cek dan ricek) menjadi korban atau binasa karena ketidak pahaman, yang sebelumnya kita anggap benar, sebab kedahsyatan suatu informasi akan menimbulkan suatu kerugian diri sendiri dan masyarakat sekitar kita, begitu kata kunci ayat ini. Yang akhirnya sebuah penyesalan yang kita terima.

Demikianlah informasi yang tersebar menjadikan sikap kita berhati-hati dari keraguan sebenarnya, jika memang kita tidak paham. Dalam Al Qur'an diingatkan kembali "Tanyakanlah sesuatu itu pada orang yang ahlinya". Bukan kita sendiri yang bertindak tanpa pengetahuan, menurut hawa nafsu. Mereka-reka dan memberikan analisa sendiri, yang kita sendiri awam tentang hal tersebut. Agar kita terhindar dari mala petaka yang merugikan tersebut, selain tanyakanlah akurasi data dan fakta pemahaman informasi tersebut pada ahlinya (pakar) sumber yang layak dipercaya, sebagai seorang warga negara kita mempedomani apa yang menjadi rujukan atau sumber informasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dan kita terhindar dari petaka akibat ketidak jelasan suatu informasi. Semoga.


Penulis : Gusjandjara Arni.
Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 30 Tahun Ke-13 16 Sya'ban 1430 H / 7 Agustus 2009 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).
Selengkapnya...