Senin, 21 Juni 2010

Sikap menerima informasi

"Hai orang-orang yang beriman! Jika datang kepadamu seorang fasik yang membawa informasi atau berita, carilah penjelasan (cek), teliti dahulu tentang hal ihwal kebenarannya. Supaya jangan merugikan orang lain yang dapat menimbulkan malapetaka karena mereka tidak tahu. Sehingga menyebabkan kamu penuh dengan penyesalan atas perbuatanmu." (QS. Al Hujuraat : 6).

Dunia mutakhir ICT (Information Communication Teknologi) saat ini sudah merupakan suatu kebutuhan yang keempat yang tidak dapat terelakkan oleh manusia sepanjang hidupnya, setelah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sebab dengan ICT dalam waktu sekian perdetik dunia ini menjadi sempit, pemakaman Raja Pop Michael Jackson yang spektakuler dapat di akses dan disaksikan oleh miliaran pandangan mata manusia di dunia. Baik melalui layar televisi, internet dan teknologi komunikasi lainnya. Artinya kecanggihan teknologi tersebut tidak bisa dihalangi oleh kepintaran manusia, informasi akan mengalir dan merembes kemana saja layaknya seperti air yang menerobos, mencari sela-sela, menetes dan mengalir saat ia dihalangi oleh benda apapun juga. Bahkan air yang terhadang tadi akan membesar menjadi air bah yang dapat menenggelamkan dan menghanyutkan, menjadi porak-poranda semua benda yang ada disekelilingnya. Bahkan nyawa pun bisa melayang.

Inilah sebuah perumpamaan dan informasi yang diterima manusia, jika tidak disiasati akan membawa malapetaka. Petaka tersebut sebenarnya sangat sederhana sekali, karena saat kita menerima informasi kita langsung percaya dan menyiarkannya pada orang lain. Dan sama-sama untuk mempercayai informasi tersebut menjadi prilaku yang diingini. Menolak atau menerima sama sekali. Nah dalam penolakan dan penerimaan itu, petaka yang terjadi bisa menimbulkan kerugian dibidang ekonomi, bidang pemerintahan ketidakpercayaan pada pemerintah atau bidang prilaku yang menimbulkan tindak kriminal.

Kita belum lepas dari kasus Vaksin Meningitis (yang menggunakan enzim babi) sebagai suatu persyaratan kesehatan bagi jemaah haji yang ingin berangkat ke tanah suci, menjadi kontradiktif informasi tahun ini. Bagaimana apesnya seseorang dipukuli massa karena dianggap menyebarkan aliran sesat, seorang kekasih begitu mudah serta merta memutuskan hubungan dengan calon suaminya. Karena informasi sang calon berasal dari suatu suku, hubungan terputus sesama tetangga lain karena informasi anaknya bekerja pada suatu lembaga tertentu. Berapa banyak orang yang menjadi mangsa ratusan juta uangnya terkuras, karena percaya dengan informasi melalui internet. Puluhan bahkan ratusan calon tenaga kerja menjadi korban terluntang lantung tidak juga bekerja setelah menyerahkan uang jutaan. Wanita remaja desa menjadi pemuas lelaki hidung belang, yang sebelumnya percaya akan informasi untuk bekerja dengan mendapat imbalan yang menggiurkan di kota.

Berhati-hati
Oleh karena itu sebagai seorang Muslim hendaknya dalam memenuhi semua kebutuhan hidup untuk tidak langsung mempercayai sebuah informasi, informasi yang diterima sebelum bertindak mempedomani ayat tersebut diatas. Pada proses seleksi, mendalami terlebih dahulu asal usul dan informasi tersebut, mengetahui seluk beluknya. Dari keyakinan dan kebenaran dari informasi yang disiarkan tersebut. Sehingga kita tidak terjebak (cek dan ricek) menjadi korban atau binasa karena ketidak pahaman, yang sebelumnya kita anggap benar, sebab kedahsyatan suatu informasi akan menimbulkan suatu kerugian diri sendiri dan masyarakat sekitar kita, begitu kata kunci ayat ini. Yang akhirnya sebuah penyesalan yang kita terima.

Demikianlah informasi yang tersebar menjadikan sikap kita berhati-hati dari keraguan sebenarnya, jika memang kita tidak paham. Dalam Al Qur'an diingatkan kembali "Tanyakanlah sesuatu itu pada orang yang ahlinya". Bukan kita sendiri yang bertindak tanpa pengetahuan, menurut hawa nafsu. Mereka-reka dan memberikan analisa sendiri, yang kita sendiri awam tentang hal tersebut. Agar kita terhindar dari mala petaka yang merugikan tersebut, selain tanyakanlah akurasi data dan fakta pemahaman informasi tersebut pada ahlinya (pakar) sumber yang layak dipercaya, sebagai seorang warga negara kita mempedomani apa yang menjadi rujukan atau sumber informasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dan kita terhindar dari petaka akibat ketidak jelasan suatu informasi. Semoga.


Penulis : Gusjandjara Arni.
Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 30 Tahun Ke-13 16 Sya'ban 1430 H / 7 Agustus 2009 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar