Senin, 11 Oktober 2010

Aplikasi nilai shiyam ramadhan

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar(imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."(QS. Al Baqarah : 177).

Kita baru saja selesai menghadapi perjuangan yang cukup berat yaitu shaum (puasa) Ramadhan dengan mengendalikan diri dan melawan kehendak hawa nafsu selama bulan suci Ramadhan yang penuh berkah, rahmat dan maghfirah, Rasulullah SAW pernah melukiskan perjuangan melawan kehendak hawa nafsu kepada para sahabatnya, setelah mendapatkan kemenangan dalam perang Badar Kubro, antara lain beliau bersabda : "Kamu baru saja kembali dari jihad ashgar (perang kecil) menuju jihad akbar (perjuang lebih besar)".

Mendengar sabda Rasulullah SAW para sahabatnya merasa heran dan bertanya akan adakah perang yang lebih hebar dari perang ini ya Rasulullah? dia menjawab ada, yaitu perang melawan hawa nafsu, selanjutnya Rasulullah SAW menegaskan : Jihad yang lebih besar lagi mulia adalah perjuangan terhadap diri pribadi dan hawa nafsu. (Maksud hadist riwayat Bukhari Muslim dan Ahmad).

Kalah melawan kehendak hawa nafsu dan tidak bisa mengendalikan diri adalah penyebab utama berbagai macam kasus kejahatan dan kriminal, pencurian, perampokan, pemerkosaan, pelecehan, perzinaan, perselingkuhan semua itu disebabkan oleh dorongan hawa nafsu. Begitu juga berbagai macam kejahatan seperti korupsi, kolusi, manipulasi, spekulasi, aborsi, dan emosi adalah dilatarbelakangi oleh kehendak hawa nafsu yang selalu ingin dipuaskan. Ibadah Shaum Ramadhan dan rangkaian ibadah yang kita perbanyak di bulan Ramadhan adalah gelanggang pertarungan yang sengit dan dahsyat melawan gejolak hawa nafsu dan merupakan pelatihan khusus selama satu bulan penuh dalam rangka membatasi berbagai dorongan hawa nafsu syaithoniah dan badaniah. Berbahagialah kaum muslimin yang telah menunjukkan kemampuan serta ketabahannya dan tekun dalam menunaikan tugas selama bulan suci Ramadhan yang penuh berkah; "Semoga Allah menerima ibadah kita semua."

Perwujudan dari kemenangan yang kita capai dengan gemilang selama bulan suci Ramadhan, mengangkat diri pribadi kita masing-masing kepada tingkatan yang lebih berkualitas dalam segala sesuatu, itulah konsekuensi logis bagi pemenang yang telah menerima kemerdekaan kembali sebagai buah dari shiyam itu sendiri. Seandainya belum demikian, berarti hanya menang dalam menahan lapar dan haus saja, dan tidak lulus dalam perjuangan serta menjadi sia-sia amalnya, jadilah dia orang yang merugi. Bagi orang yang sukses dan berhasil, Insya Allah mereka akan mendapatkan julukan Muttaqin atau orang yang bertakwa. Sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam firman-Nya pada surat Al Baqarah ayat 183; "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu shiyam sebagaimana yang diwajibkan atas orang-orang sebelu kamu agar kamu bertakwa."

Membentuk pribadi yang bertakwa sebagai sasaran ibadah shiyam itulah adalah tingkatan tertinggi dari kehidupan yang ingin dicapai oleh setiap orang Islam, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hujurat ayat 13; "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu."

Tanda-tanda dari kepribadian yang muttaqin diantaranya diungkapkan Allah dalam surat Al Baqarah ayat 177 :
1. Orang yang mantap keimanannya
Keimanan yang mantap dan istiqomah merupakan benteng yang kuat dan kokoh dengan menepis tantangan arus globalisasi dan pengaruh yang ingin menghancurkan ummat Islam semakin berat, hanya dengan keimanan yang kokoh kita bisa bertahan.

2. Orang yang mempunyai kepedulian sosial
Ibadah Shaum (puasa) untuk memberikan isyarat secara tidak langsung agar kita mempunyai kepedulian terhadap sesama ummat Islam apalagi kepada saudara-saudara kita yang anak yatim, orang miskin, dan orang-orang yang kurang mampu, diakhir-akhir ini kita mendapatkan kondisi ummat yang cukup memprihatinkan sebagai akibat dari krisis multi ekonomi dan sosial politik yang kita hadapi.

3. Mendirikan shalat
Pada prinsipnya shalat telah diyakini oleh ummat Islam sebagai ibadah yang sangat prinsip dan menentukan keislaman seseorang, tapi kadang-kadang manusia dikendalikan hawa nafsu, sehingga banyak ummat Islam yang melalaikan shalat, bahkan tidak ada yang mengerjakan sama sekali, walaupun identitasnya Islam. Ibadah Shaum yang melatih dan membina hawa nafsu kita, semoga saja dapat mengarahkan kita kepada yang lebih baik dan menjaga shalat kita.

4. Membayar zakat
Zakat merupakan rukun Islam yang belum dapat dikelola dengan baik, padahal zakat merupakan potensi yang sangat baik untuk memperbaiki kondisi ummat terutama dalam krisis yang sedang melanda, sekiranya terkelola dengan baik bisa saja zakat sebagai jaminan pengamanan sosial yang lebih baik dari program JPS, RLT atau Raskin sekarang ini. Dan berbagai macam subsidi.

5. Memenuhi janji
Setiap muslim melakukan perjanjian, baik kepada sesama manusia apalagi dengan Allah, minimal janji seseorang dengan Allah adalah syahadatnya berisi konsekuensi untuk mengamalkan semua tuntutan kewajiban kepada-Nya, maka dituntut untuk memenuhi janjinya sebagai tanda orang yang bertakwa.

6. Orang yang sabar
"Dan orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan."
Ibadah puasa melatih dan mendidik untuk selalu sabar, karena sabar merupakan kunci kesuksesan hidup di dunia, orang sabar mengendalikan emosinya dan tidak akan terlalu sedih dengan musibah yang menimpanya, sebaliknya orang yang tidak sabar akan gagal dalam menghadapi persoalan hidupnya, akhir ayat 177 surat Al Baqarah ini Allah mengingatkan mereka yang berkepribadian orang bertakwa tersebut dapat kita realisasikan dalam kehidupan kita.

Idul fitri adalah kemerdekaan diri pribadi, orang yang benar-benar dapat mengerjakan shiyam Ramadhan dengan keimanan dan kesadaran, maka dia akan kembali ke asal mula kejadiannya, dalam keadaan fithrah, suci bagaikan anak yang baru dilahirkan; "Setiap anak yang baru dilahirkan adalah dalam keadaan fithrah."

Orang yang berada dalam keadaan fithrah adalah orang bersih dari noda dan dosa. Kondisi ini akan mempengaruhi sikap dan perbuatannya. Manusia yang berkualitas adalah yang berada dalam keadaan fitrah, karena manusia yang berada dalam keadaan suci bersih mampu memfungsikan akal fikirannya untuk menjaga, mengimbangi dan mengendalikan gejolak hawa nafsu, sehingga jiwanya jadi bersih dan dapat menghindarkan diri dari segala kejahatan, keburukan serta maksiat dan menciptakan kehidupan yang damai, aman, tenteram, adil dan makmur sebagai didambakan oleh ummat manusia.


Penulis : Nofrizal Nawawi.
Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 36 Tahun Ke-14 08 Syawal 1431 H / 17 September 2010 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar