Rabu, 07 Juli 2010

Tiga gempa berturut-turut menurut Al-Qur'an

Di dalam Al-qur’an, Allah sebutkan ada tiga gempa yang berturut-turut menimpa manusia, yaitu:

Pertama, gempa yang ditimpakan kepada kaum Nabi Shalih. Mereka diberikan unta betina silahkan dimanfaatkan bersama dengan baik. Mereka dilarang menyembelih unta betina itu, tapi ternyata unta betina itu mereka sembelih. Maka ALLAH timpakan gempa dan jadilah mereka bergelimpangan menjadi mayat-mayat di rumah-rumah mereka sendiri.

Kedua, gempa menimpa kaum Nabi Luth, karena mereka melakukan homoseksual. Dalam kasus ini, Al-qur’an menyebutkan bahwa bumi dibalik oleh ALLAH, "Kami jadikan yang di atas menjadi di bawah dan yang di bawah menjadi di atas."

Ketiga, gempa yang menimpa kaum Nabi Syu’aib, karena mereka dilarang mengurangi takaran dan timbangan dalam berdagang, tapi mereka melakukan kecurangan dalam takaran dan timbangan.

"Tidak mungkin kami dapat untung kalau kami tidak bermain curang dalam takaran dan timbangan", demikian kira-kira jawaban kaum Nabi Syu’aib.
Karena kecurangan itu, Allah timpakan gempa kepada mereka sehingga jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di rumah-rumah mereka sendiri.
Kalau kita renungkan, bahwa Allah tunjukkan kepada kita berkenaan dengan musibah tersebut.

Maka kita bertanya apa yang menyebabkan itu terjadi? Mari kita kaji dan bandingkan dengan kehidupan kita sehari-hari, bukan sekedar membunuh unta betina tetapi silahkan lihat pembunuhan terhadap manusia demi manusia sering terjadi. Bukan sekedar persoalan homoseksual, tapi lebih dari itu sudah terjadi pada jaman sekarang. Begitu juga bukan sekedar mengurangi takaran dan timbangan, tapi lebih dari itu milyaran dana dikorupsi telah dilakukan manusia.

Tidak ada solusi dan sikap yang bisa menghentikan gempa dan menyelamatkan kita, kecuali kita kembali kepada ALLAH dalam pengertian yang sebenar-benarnya. Kalau kita ingin aman dan mendambakan kenyamanan, maka salah satu bentuk upaya kita kembali kepada Allah ialah dengan memakmurkan rumah-rumah Allah (masjid atau mushola), jangan sampai terjadi kita baru mau ke masjid atau mushola ketika gempa atau tsunami sudah terjadi menimpa kita. Di mana posisi kita sebelum gempa atau tsunami terjadi? jangan sampai terjadi ketika kita dipanggil Allah, maka kita datang setelah gempa atau tsunami terjadi. Tapi, sebelum gempa terjadi dimana kita? mengapa kita tidak datang?

Kalau hidup di dunia ini kita tidak memenuhi panggilan Allah, maka panggilan siapa yang kita penuhi? padahal Allah yang memberikan segala sesuatu yang kita miliki, Allah yang menciptakan kita dan pada saatnya nanti Allah juga yang berkuasa mencabut semua yang kita miliki.
Karena itu, kita diajarkan agama bila mendapat musibah, kita mengucapkan "INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJIUUN". Kalau kita semua merasa milik Allah, maka tidak ada alasan bagi kita saat dipanggil Allah, kita tidak memenuhi panggilan-Nya.

Kalau panggilan Allah tidak kita penuhi, lalu siapa yang bisa kita salahkan bila musibah datang menimpa kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar