Selasa, 05 Oktober 2010

Potret orang yang bertakwa

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam." (QS. Ali Imron : 102)

Latihan pengendalian diri sebulan penuh di bulan Ramadhan baru saja kita lalui. Kita shaum (berpuasa) dengan penuh keimanan dan keikhlasan, karena sesuai dengan janji Allah, dengan berpuasa kita akan menjadi orang yang bertakwa (muttaqin). Orang yang bertakwa (muttaqin) adalah orang yang paling mulia disisi Allah (QS. Al Hujurat : 13). Bagaimana betul ciri orang-orang yang bertakwa itu? Banyak orang hanya bisa mengucapkan kata takwa, tetapi mereka tidak mengetahui akan arti dan maksudnya. Ironisnya, kata-kata takwa itu diucapkan orang hanya sekedar "pemanis" pidato atau ceramah.

Perkataan takwa ini berasal dari bahasa Al Quran, terambil dari akar kata "waqa" atau "ittaqa", yang menurut ilmu bahasa, antara lain berarti; takut, memelihara, menjaga dan menjauhi. Bertakwa kepada Allah, berarti memelihara dan menjaga diri dari perbuatan yang dimurkai-Nya.

Adapun maksud takwa menurut syariat Islam, seperti yang dirumuskan oleh Prof Afif at Tabbarah di dalam bukunya Ruhud Dienil Islamy ialah manusia takut (untuk melaksanakan) hal-hal yang dimurkai Allah SWT dan takut kepada hal-hal yang merusak diri sendiri, dan merusak kepada orang lain.

Dari uraian tersebut, kita dapat menyimpulkan, bahwa takwa itu mengandung tiga unsur yakni : 1. Menjauhkan diri dari perbuatan yang dimurkai Allah, 2. Menghindarkan perbuatan-perbuatan yang merugikan (memberikan mudharat) kepada diri sendiri, 3. Menjauhi perbuatan-perbuatan yang merusak atau merugikan orang lain.

Jika kita teliti dan dalami, begitu hebatnya orang yang telah menyandang predikat bertakwa (muttaqin). Itulah sebabnya di dalam Al Quran tidak sedikit imbauan dan seruan agar manusia selalu mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub), banyak-banyak mengingat Allah, dan kuncinya selalu taat menjalankan syariat agama.

Tidak kurang dari 250 kali pecahan kata-kata yang berasal dari akar kata "waqa" atau "ittiqa". Dari jumlah itu terdapat 79 kali perintah di dalam kitab suci umat Islam itu, yang menyuruh orang-orang beriman untuk bertakwa kepada Allah SWT.

Para ahli tafsir menyimpulkan, kalau ungkapan ayat Al Quran yang berjumlah 6666 ayat itu mau disimpulkan dalam satu perkataan saja, maka ungkapan itu sudah tercakup dalam perkataan "takwa" tersebut.

Kandungan Al Quran yang berintikan kata "takwa" banyak nilai (value) yang diperlukan kehidupan bermasyarakat. Diantaranya manusia dituntun untuk bersikap adil, punya pendirian yang teguh (istiqamah), suka memaafkan, suka menepati janji, memberi petunjuk untuk mengatasi suatu persoalan yang rumit, serta berpuluh-puluh nilai lainnya yang masuk dalam rangkaian budi pekerti seperti akhlak yang baik (akhlakul karimah).

Jika kita semua menyadari, bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam esensi, jiwa dan semangat "takwa" itu bersumber dari ajaran agama, dan berakar dari ayat-ayat Al Quran, maka sewajarnyalah kita berupaya untuk mencapai derajat "orang yang bertakwa" (muttaqin) yang selalu kita dengung-dengungkan.

Potret manusia yang bertakwa ditegaskan dalam satu rangkaian ayat Al Quran, yang artinya; "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Orang yang bertakwa itu yakni orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan suka memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji, mereka terus ingat kepada Allah, lalu memohon ampun, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah. Dan setelah tobat mereka tidak lagi meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui." (QS. Ali Imran : 133-135).

Dari kandungan ayat tersebut dapat disimpulkan, ada empat karakter utama yang harus dimiliki orang yang bertakwa, yaitu :

1. Menafkahkan sebagian hartanya dalam segala situasi dan kondisi, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit. 2. Dapat mengendalikan amarahnya, dan memaafkan orang-orang yang bersalah terhadapnya. 3. Sadar setelah melakukan sesuatu dosa, kemudian bertobat kepada Allah. 4. Tidak terus menerus melakukan perbuatan terlarang, yang diketahuinya perbuatan itu adalah dosa.

Berat memang untuk mencapai derajat takwa itu. Tidak semudah mengucapkannya. Itulah sebabnya orang yang bertakwa itu ditempatkan pada derajat yang teratas. Untuk mencapainya harus melalui beberapa tingkatan dulu. Yakni dari mereka yang disebut ikhsan, mukhlishin dan barulah muttaqin (orang yang bertakwa).


Penulis : HM. Syair.
Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 38 Tahun Ke-14 22 Syawal 1431 H / 1 Oktober 2010 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar