Selasa, 08 Juni 2010

Hakekat Berdzikir

"Berdzikirlah kepada Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut. Dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang hari. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al A'raf : 205)

Ayat 205 dari surat Al A'raf di atas menyuruh kita untuk berdzikir kepada Allah SWT. Berdzikir kepada Allah SWT itu maksudnya adalah agar kita selalu mengingat Allah dimanapun kita berada. Sebab apabila kita selalu ingat dengan Allah SWT, kita akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Mengingat Allah akan menjadikan diri kita sebagai hamba yang hina dina disisi-Nya.

Dan mengingat Allah merupakan keharusan bagi seorang muslim, karena seorang muslim menyadari bahwa keberadaannya di muka bumi ini adalah sebagai "hamba Allah", ia berasal dari Allah, dan akan kembali kepada Allah. (QS. Al Baqarah : 156).

Karena kita abdi Allah, tentu kita harus ingat (dzikir) kepada Allah. Ingat dengan "Subhanallah", "Alhamdulillah", "Laailahaillah", "Allahu Akbar", serta kalimat Thayyiba lainnya, tetapi juga harus dibarengi dengan ibadah. Baik itu berupa ibadah mahdhah seperti shalat, zakat, puasa, dan haji, maupun ibadah ghaira mahdhah seperti berbuat amal shaleh di tengah-tengah masyarakat.

Ingat dengan Allah (Dzikrullah) bagi seorang muslim yang beriman bukan hanya pada waktu tertentu, tetapi selama hayat di kandung badan. Kapanpun dan dimanapun, kita harus selalu ingat dengan Allah. Orang yang selalu ingat dengan Allah, pasti akan terhindar dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah, dan ia akan selalu taat melaksanakan ibadah.

Di antara jalan menuju muttaqin (orang yang bertaqwa) ialah dengan selalu merasakan dirinya diawasi oleh Allah. Jika seseorang merasa dirinya diawasi oleh Allah, maka ia tidak akan mau mengerjakan perbuatan maksiat.

Mereka yang senang (hobby) bermaksiat, korupsi, maling, merampok, dan lain sebagainya itu adalah karena merasa dirinya tidak diawasi oleh Allah. Dan dia sendiri juga tidak pernah ingat dengan Allah.

Jadi makna hakiki dari "zikrullah" adalah diucapkan dengan lisan, dihayati di dalam qolbu (hati), serta diaplikasikan dalam taqarrubilallah (mendekatkan diri kepada Allah), dan dalam setiap gerak langkah kita. Akan tidak bermakna, jika kita hanya dzikir di bibir, dan hanya sewaktu-waktu, atau hanya di tempat-tempat tertentu. Setelah berdzikir dan berdo'a kita kemudian lupa lagi dengan Allah. Kita hanya secara seremonial mengingat Allah (berdo'a dan berdzikir). Habis acara, kita tidak lagi ingat dengan Allah, dan kembali melakukan hal-hal yang dilarang Allah.

Secara umum memang acara-acara ritual keagamaan itu kelihatannya baik dan menarik perhatian umat untuk mengikutinya. Lebih-lebih bila acara berbentuk seremonial itu ditayangkan di televisi.

Semuanya itu bagus, jika hal itu dilakukan guna mengembalikan hati umat untuk kembali mengingat Allah. Dan jangan pula acara-acara seperti itu dijadikan semacam ritual keagamaan. Kita memang disuruh dalam surat "Al Ahzab" ayat 41 dan 42 yang artinya "Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut) nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang."

Ayat diatas menyuruh orang-orang beriman untuk berdzikir sebanyak-banyaknya. Tetapi berdzikirnya bukan sekedar ucapan, tetapi diresapkan (mengingat Allah), maka tunaikanlah segala yang diperintahkan-Nya, dan tinggalkan serta jauhi segala yang dilarang-Nya.

Jika kita memang berdzikir kepada Allah, peliharalah selalu hubungan dengan Allah. Memelihara hubungan dengan Allah, aplikasinya adalah taat beribadah kepada-Nya, baik berupa ibadah mahdhah seperti shalat lima waktu, puasa, zakat, dan berhaji bagi yang mampu.

Tak ada gunanya berdzikir ramai-ramai dengan suara keras, sambil berurai air mata, kalau kita masih mau berbuat maksiat, korupsi, menipu dan lain sebagainya. Untuk apa berdzikir ramai-ramai kalau shalatnya tidak beres.

Berdzikirlah dengan rendah hati, dan turuti segala perintah Allah dan tinggalkan segala yang dilarang-Nya, serta selalu memelihara hubungan dengan Allah (taqarub ilallah). Itulah dzikir menurut Al Qur'an.


Penulis : HM. Syair
Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 10 Tahun Ke-14 03 Rabiul Akhir 1431 H / 19 Maret 2010 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar