Senin, 07 Juni 2010

Hikmah peristiwa Isra' Mi'raj

"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Al Israa' : 1)

Banyak hikmah yang dapat kita petik dari peristiwa Isra' Mi'raj. Paling tidak ada dua hikmah penting. Pertama, memantapkan aqidah umat dan kedua, keutamaan dari ibadah sholat. Dalam memantapkan aqidah, kita tidak boleh ragu-ragu dengan peristiwa itu meskipun sulit dicerna akal sehat. Kita harus meyakininya karena telah dinukilkan Allah SWT dalam firman-Nya (QS. Al Israa' : 1). Kita juga meyakini (beriman) atas kebenaran kitab suci Al Quran karena hal itu termasuk ciri orang yang beriman (QS. Al Baqarah : 2). Dengan memperingati Isra' Mi'raj akan meningkatkan nilai-nilai keimanan kita kepada kekuasaan Allah SWT.

Iman merupakan aqidah (mentauhidkan Allah SWT), meyakini kekuasaan-Nya dan mengakui keEsaan-Nya. Apabila aqidah seseorang sudah mantap ia akan mengakui hanya Allah-lah Robb-nya. Tidak ada Tuhan selain Allah (syahadatain). Ia tidak lagi menuhankan selain Dia. Tidak lagi menuhankan benda seperti keris, batu cincin, pohon kayu, atau kuburan. Ia tidak lagi menuhankan hewan, semisal burung, ikan louhan, dan sebagainya. Karena perbuatan menuhankan selain Allah termasuk syirik dan syirik merupakan dosa besar.

Orang yang aqidahnya mantap meyakini pula akan segala kekuasaan Allah, termasuk peristiwa Isra' Mi'raj. Sebagaimana firman-Nya : "Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya : "Jadilah!" maka terjadilah ia." (QS. Yaasin : 82).

Hikmah kedua adalah diterimanya oleh Nabi Muhammad SAW perintah salat lima waktu langsung dari Allah SWT di Sidratul Muntaha. Dengan memperingati peristiwa Isra' Mi'raj akan menambah keyakinan kita akan pentingnya ibadah salat. Sebab ibadah-ibadah lain dan rukun Islam diterima Nabi melalui perantaraan Malaikat Jibril. Hanya perintah shalat lima waktu yang langsung diterima Nabi dari Allah SWT. Oleh sebab itu, ibadah sholat merupakan suatu keistimewaan dan ibadah-ibadah mahdhah lainnya.

Maka itu dalam memperingati peristiwa Isra' Mi'raj seorang muslim yang beriman akan selalu mendirikan shalat sesuai dengan tuntunan Al Qur'an dan As Sunnah. Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah hadistnya : "Shalat adalah tiang agama. Siapa yang mendirikan sholat berarti ia telah mendirikan agama. Dan barangsiapa yang meninggalkan shalat berarti ia telah merobohkan agama." Jadi tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk meninggalkan sholat. Jika ia tidak bisa melakukannya dengan berdiri, ia boleh duduk. Apabila tidak bisa duduk, boleh dengan berbaring. Dan apabila tidak bisa lagi menggerak-gerakkan organ tubuh, maka ia boleh shalat dengan isyarat mata.

Begitu pentingnya ibadah sholat. Bahkan dalam perjalanan (safar) kita boleh melakukan shalat dengan jamak (disatukan). Misal solat Dzuhur boleh digabung dengan Ashar. Salat Maghrib boleh digabung dengan Isya'. Dalam menjamak shalat boleh diqashar, seperti sholat Dzuhur dua rakaat dan shalat Ashar dua rakaat. Kecuali shalat Maghrib harus tiga rakaat. Dalam menjamak juga boleh dilakukan pada waktu Dzuhur atau Maghrib (jamak taqdim) dan boleh pula waktu sholat Ashar atau Isya' (Jamak ta'khir).

Keutamaan ibadah sholat juga dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam hadist Qudsyi : "Yang pertama dihitung (dihisab) manusia di hari kiamat dari amalnya adalah salat." Allah berfirman : "perhatikan olehmu (wahai malaikat) mengenai shalat hamba-Ku." Seandainya sempurna, tercatat dengan sempurna, sekiranya ada kekurangannya Tuhan berfirman : "Adakah shalat sunnatnya? Jika ada, shalat sunnatnya menyempurnakan shalat wajibnya itu." (HR. Abu Ya'la)

Berdasarkan hadist tersebut jelas bagi kita betapa pentingnya ibadah shalat. Dibeberapa hadist Rasulullah SAW juga ditegaskan bahwa shalat merupakan mi'rajnya seseorang yang beriman (Mi'raajul mukminin). Dalam shalatlah manusia berkomunikasi dengan khaliqnya. Salat juga merupakan benteng diri dari perbuatan tercela dan maksiat serta keji dan munkar. (QS. Al Ankabuut : 45).

Sebagai penutup uraian ini, mari kita jadikan peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW ini sebagai momentum membulatkan tekad untuk selalu memelihara aqidah kita karena aqidah adalah fondasi dalam beragama. Kita hanya meyakini kekuasaan Allah. Dan tidak ada Tuhan selain Dia. Mari kita juga bulatkan tekad untuk tidak lagi meninggalkan salat selama hayat asih di kandung badan. Dirikanlah shalat dan peliharalah shalat kita sebelum kita dishalatkan orang.


Penulis : H.M. Syair
Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 27 Tahun Ke-13 21 Rajab 1430 H / 17 Juli 2009 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar