Senin, 07 Juni 2010

Zikir dan Fikir Harus Sejalan

Allah berfirman dalam Al Qur'an Surat Ar Ra'd : 28 "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram."

Zikir adalah bahasa Arab yang telah teradopsi kedalam bahasa Indonesia dengan makna mengucapkan (menyebut) nama Allah. Sedangkan secara hakiki adalah mengingat Allah dalam setiap gerak hidup seorang mukmin. Pikir adalah akal yang bisa juga dikonotasikan dengan ilmu (pengetahuan). Hidup manusia akan sempurna(bahagia) jika zikir dan pikir itu melekat pada dirinya. Tetapi zikir adalah selalu mengingat Allah, sehingga takut berbuat yang dilarang-Nya dan taat melaksanakan segala perintah-Nya.

Setiap manusia yang sehat selalu berharap agar hidupnya selalu dalam keadaan bahagia. Bahkan lebih lengkap lagi harapan seorang muslim, yakni selalu mendambakan bahagia di dunia dan di akhirat. Bahagia atau tidaknya seseorang sering tercermin dari penampilannya dan sikapnya di tengah-tengah masyarakat.

Ukuran kebahagiaan tidak sama. Ada orang yang memiliki harta benda yang banyak, punya kedudukan, anak istri dan lain sebagainya, tetapi belum tentu ia menikmati kebahagiaan. Banyak contoh peristiwa tentang orang kaya yang tidak bahagia. Bahkan tak sedikit yang putus asa, menempuh jalan yang sesat. Itulah sebabnya agama Islam menghendaki umatnya agar dapat hidup bahagia lahir bathin.

Manusia yang hidup di dunia ini harus berfikir dan berzikir. Yang dimaksud dengan berfikir adalah menjalankan akal, punya ilmu dan kepintaran. Seseorang muslim harus memiliki ilmu dan keterampilan, agar bisa mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang disediakan Tuhan.

Dijadikan-Nya langit dan bumi serta segala isinya, agar manusia berfikir dan berupaya untuk mengolahnya. Untuk itu perlu ilmu. Mustahil tanpa ilmu orang akan mengusahakan sesuatu. Mereka yang memilih profesi sebagai pegawai harus punya ilmu, yang bergerak sebagai pedagang harus punya ilmu dagang. Begitu pula yang jadi petani dan lain sebagainya.

Ayat pertama dari Al Qur'an yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, dimulai dengan perintah "membaca". Kita simak bunyi firman Allah itu : "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." QS Al Alaq : 1-5

Allah telah menggariskan, bahwa dengan tulis baca, manusia akan memiliki ilmu. Manusia yang berilmu akan punya wawasan dan pikiran yang luas. Tuhan Yang Maha Kuasa berulangkali di dalam Al Qur'an mengingatkan manusia untuk menggunakan pikirannya dalam menempuh kehidupan dunianya.

Diantara kutipan Al Qur'an tentang seruan Allah itu berbunyi : "Apakah kamu tidak memikirkannya." Maksudnya, manusia hendaknya menggunakan pikirannya untuk mengolah nikmat Allah yang begitu banyak.

Untuk itulah seorang muslim harus punya ilmu pengetahuan yang banyak. Seorang muslim harus menuntut ilmu setinggi-tingginya. "Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat", kata Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadistnya.

Dengan ilmu manusia akan mencapai kebahagiaan di dunia. Dengan ilmu manusia juga akan mencapai kebahagiaan di akhirat, dan dengan ilmu pula manusia akan mencapai kedua-duanya.

Namun demikian, disamping memiliki ilmu pengetahuan serta menguasai teknologi, manusia juga dituntut untuk selalu "ingat" dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Yang dimaksud ingat (dzikir) kepada Allah bukan hanya sekedar menyebut nama atau memuji-Nya. Tetapi yang dimaksud dengan ingat (dzikir) dengan Allah adalah melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Ilmu serta pikiran yang dimilikinya akan membuatnya bertambah dekat dengan Allah. Kepintaran, keahlian serta kecakapan yang dimilikinya, selain dipergunakan untuk mencari kehidupan duniawi juga mempersiapkan diri untuk kehidupan ukhrawi. Nikmat kekayaan, kekuasaan, serta keluarga yang dimilikinya, juga digunakan untuk jihad fisabilillah. Jihad disini bukan berarti perang, tetapi amal saleh, infaq di jalan Allah, seperti membangun rumah peribadatan, pendidikan, serta menyantuni fakir miskin.

Dimanapun, kapanpun, kita disuruh selalu ingat dengan Allah. Ditempat kerja, diperjalanan, di rumah, kita harus ingat kepada Allah. Ingat (zikir) dengan Allah harus pula diikuti dengan ingat akan perintah-Nya. Jika kita sedang di kantor, di pasar, di tengah sawah, dalam perjalanan tiba waktu sholat, maka segeralah sholat. Jadi bukan hanya sekedar ingat saja.

Kecuali itu, dengan selalu ingat kepada Allah, manusia akan terhindar dari segala perbuatan tidak baik. Kalau ia seorang pedagang, ia tidak mau berdusta, mengurangi timbangan atau takaran. Kalau ia seorang pegawai negeri, pejabat, atau aparatur pemerintah, jika ia ingat akan Allah, maka ia tidak akan mau korupsi, menyeleweng, menyalahgunakan jabatan dan lain sebagainya.


Penulis : Ibnu Syairy.
Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 20 Tahun Ke-14 07 Jumadil Akhir 1431 H / 21 Mei 2010 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar