Senin, 07 Juni 2010

Keutamaan Shalat

"Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula) sholat Subuh. Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (oleh) Malaikat." (QS. Al Israa' : 78)

Kehadiran bulan Rajab dalam penanggalan Hijriyah umat Islam, terutama di Indonesia selalu memperingati peristiwa Isra' dan Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW. Berbagai kegiatan yang bernuansa Islami dilaksanakan untuk merayakan peristiwa penting itu. Diharapkan dengan memperingati peristiwa Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW, kita akan dapat mengambil hikmahnya.

Ada dua hikmah penting yang dapat dipetik dari peristiwa yang merupakan "mukjizat" pada diri Nabi akhir zaman itu. Pertama, peristiwa luar biasa itu akan membuat kita semakin percaya akan kebesaran Allah SWT. Bagi seorang muslim, peristiwa itu harus diyakini kebenarannya, sebab sebagian orang masih bimbang, ragu-ragu, dan bahkan ada yang tidak percaya dengan apa yang dialami Nabi penutup itu. Oleh sebab itu, setiap kita memperingati peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW maka keimanan kita semakin mantap. Keyakinan kita akan kekuasaan Allah semakin kuat.

Meyakini kebesaran dan kekuasaan Allah SWT adalah aqidah. Dan aqidah merupakan komitmen seorang muslim dalam mentauhidkan Allah. Seorang muslim yang memiliki akidah yang kuat, tidak akan tergoda oleh godaan-godaan apapun. Rasulullah SAW 13 tahun lamanya untuk menanamkan aqidah itu, saat ia diangkat menjadi Rasul.

Perintah Sholat
Hikmah kedua dari peristiwa Isra' dan Mi'raj Nabi adalah perintah shalat yang diterima langsung oleh Nabi di Sidratul Muntaha. Dan lima rukun Islam, maka shalat yang langsung diterima Nabi, sedangkan rukun-rukun Islam yang lain seperti zakat, puasa, dan Ibadah haji, diterima oleh Nabi melalui Malaikat Jibril. Itulah keistimewaan shalat. Kecuali itu, peristiwa Isra' Mi'raj juga merupakan mukjizat yang harus diyakini oleh setiap muslim yang beriman.

Begitu pentingnya ibadah sholat ini, tak ada satu alasanpun bagi seorang muslim untuk meninggalkan shalat, kecuali bagi seorang muslimah yang ada halangan setiap bulan. Tidak mampu salat dengan berdiri boleh duduk, tidak mampu duduk, boleh berbaring, dan jika tidak mampu lagi menggerak-gerakkan anggota tubuh, boleh dengan isyarat mata.

"Shalat adalah tiang agama, barang siapa mendirikan sholat, maka ia telah mendirikan agama. Barang siapa yang meninggalkan shalat, maka ia telah merobohkan agama". (Al Hadist). Rasulullah SAW sendiri menyatakan bahwa shalat itu adalah "mi'rajnya orang mukmin". Di saat shalatlah hamba Allah akan dapat berkomunikasi dengan Khaliqnya.

Beberapa hadist menyebutkan bahwa ibadah yang pertama ditanya atau dihisab pada hari akhirat nanti adalah ibadah shalat. Banyak dinyatakan pula, tidak sah ibadah-ibadah yang dilakukan seseorang, jika ia tidak mendirikan sholat.

Sebelum disyariatkan shalat lima waktu, Rasulullah SAW melakukan shalat dua rakaat pagi dan dua rakaat sore hari, sebagaimana dikerjakan oleh Nabi Ibrahim as. Setelah Isra' Mi'raj, pagi harinya Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah SAW mengajarkan cara shalat dan menjelaskan waktu-waktunya. Tepatlah kiranya bila momentum peringatan Isra' Mi'raj itu kita jadikan untuk mengevaluir ibadah-ibadah kita, terutama ibadah Shalat. Sudahkah kita shalat sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya? Kalau belum, mari kita sesuaikan dan kita sempurnakan. Jangan tinggalkan shalat selama hayat masih di kandung badan. Mari laksanakan shalat, sebelum kita dishalatkan orang lain.


Penulis : Ibnu Syairy
Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 26 Tahun Ke-13 17 Rajab 1430 H / 10 Juli 2009 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar